Hubungan Pusaka dengan Keningratan Seseorang
Hakekat Keningratan dan Hubungannya dengan Keris - Sejak jaman dulu sampai sekarang orang memandang istilah keningratan hanya dari statusnya saja yang adalah anggota kalangan ningrat/bangsawan dan keturunannya saja, sehingga pada jaman sekarang ini yang orang lebih memandang segala sesuatunya dari sisi status, jabatan dan kekayaan, akan banyak menyepelekan istilah dan status keningratan.
Jika dihubungkan dengan keris dan wahyu keris, dewa dan wahyu dewa, pengertian keningratan tidak sebatas sekedar status orangnya yang ningrat atau keturunan ningrat, tetapi lebih dari itu, ada makna yang lebih dalam daripada hanya itu, karena yang diharapkan oleh para dewa juga lebih dari pada hanya itu.
Dalam sudut pandang para dewa, yang juga terkait dengan wahyu-wahyunya yang diturunkan kepada manusia, keningratan adalah suatu kondisi status dan moral yang sepatutnya dari orang-orang di kalangan itu yang status dan derajat mereka itu menjadi teladan dan panutan bagi banyak orang di lingkungan mereka. Pengertian keningratan ini ada juga hubungannya dengan makna istilah Ksatriya dalam pengertian kasta di masyarakat.
Orang-orang yang menjadi raja / adipati / bupati, anggota keluarganya, kerabatnya dan keturunannya, dan orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan kerajaan, kadipaten sampai lurah, umumnya diakui dan dihormati status dan wibawanya di masyarakat, menjadi orang-orang priyayi yang dihormati dan dijadikan teladan dan panutan oleh banyak orang karena perilakunya yang juga terhormat, yang kepada mereka itu orang akan antusias untuk mengabdikan dirinya.
Kalangan ningrat menjaga status dan kehormatan mereka dengan perilaku mereka yang terhormat. Tidak akan mereka menunjukkan perilaku rendah dan tidak terhormat. Perilaku suka mencuri, suka berkata-kata kotor, dsb biasanya tidak ditonjolkan. Dan mereka tidak akan ikut-ikutan masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, lingkungan yang penuh dengan iri dan dengki, suka judi, mabuk-mabukan, pelacuran, kemaksiatan, dsb, lingkungan orang-orang yang berkepribadian rendah. Kalangan ningrat akan memelihara wibawa dan kelas pribadinya yang tinggi, menjadi orang-orang yang berkepribadian tinggi, yang baik, yang mulia dan terhormat, dengan perbuatan-perbuatan yang juga berwibawa, baik, mulia dan terhormat, cerminan dari orang-orang yang berkepribadian tinggi.
Memang ada juga di antara kalangan ningrat itu yang tidak menjaga kehormatan. Ada yang perilakunya jelek seperti disebut di atas, perilaku-perilaku yang tidak terpuji, tidak mulia, hanya menonjolkan statusnya saja sebagai orang ningrat dan kaya. Yang seperti itu diartikan bahwa orang itu memang adalah keturunan ningrat, tetapi orangnya sendiri tidak ningrat, dan tidak menghargai keningratan (tidak menghargai keningratan dirinya sendiri).
Kepribadiannya rendah, tidak tinggi. Derajatnya rendah sebagai seorang ningrat.
Sejalan dengan itu yang dimaksud dengan istilah ningrat dan keningratan, dan yang terkait dengan wahyu keris, keris keningratan, dewa dan wahyu dewa, adalah orang-orang ningrat dan keturunan ningrat yang benar-benar menjaga wibawa dan derajat kepribadiannya yang tinggi sebagai seorang ningrat, yang menghargai keningratan dirinya sendiri. Itulah yang dihargai dewa, dan keris-keris keningratan diperuntukkan untuk mereka itu, bukan untuk orang-orang ningrat yang rendah kepribadiannya, yang tidak menghargai keningratan dirinya sendiri, yang keris-keris dan wahyu tidak akan antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki oleh mereka.
Sejalan dengan itu, kondisi ideal orang-orang ningrat (dan yang menghargai keningratan) seperti disebut di atas adalah yang dihargai dewa. Karena keris jawa bersifat wahyu, maka apapun jenis keris yang dimiliki oleh orang-orang ningrat dan keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri itu, walaupun aslinya bukan keris keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan, wahyunya akan menjadi berkah baginya.
Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan tidak menghargai keningratan.
Pada jaman sekarang ini pengertian dan istilah ningrat dan keningratan di atas, dan yang terkait dengan keris keningratan, dewa dan wahyu dewa, tetap berlaku. Istilah itu berlaku bukan untuk orang-orang yang hanya sekedar berstatus keturunan ningrat saja, tetapi untuk mereka keturunan ningrat yang menghargai keningratan dirinya sendiri, yang menjaga wibawa dan derajat kepribadiannya yang tinggi dengan perilaku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terhormat. Keris-keris keningratan adalah untuk mereka itu, bukan untuk orang-orang keturunan ningrat yang kepribadiannya rendah, yang tidak menghargai keningratan dirinya sendiri, yang keris-keris tidak akan antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki oleh mereka.
Sejalan dengan itu, apapun jenis keris yang dimiliki oleh orang-orang jaman sekarang yang keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri, walaupun aslinya bukan keris keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan, wahyunya akan menjadi berkah baginya.
Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan tidak menghargai keningratan.
0 Response to "Hubungan Pusaka dengan Keningratan Seseorang"
Post a Comment