Belajar Estetika dari Museum Keris
Museum keris adalah tempat untuk belajar estetika. Mengapa, karena di museum keris semua orang dapat belajar tentang keindahan dan rasa. Karena arti kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin "aestheticus" atau bahasa Yahuni "aestheticos" yang merupakan kata yang bersumber dari istilah "aishte" yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
Kalau orang berkunjung ke musuem keris berarti tidak melihat bendaan, tetapi sekaligus belajar tentang estetikan yang merupakan bagian inti dari benda keris itu sendiri. Bukan karena kerisnya berwujud indah dari perspektif seni tetapi di dalam keris sebenarnya ada filosofi tentang keindahan. Jadi dengan diresmikannya museum keris di Kota Solo oleh Presiden Joko Widodo pada 25 Agustus 2017 harus diapresiasi oleh seluruh pendukung budaya Nusantara.
Museum keris bukan hanya sinkronik, tetapi sekaligus diakronik, karena kalau museum keris hanya dimaknai dalam perspektif sinkronik berarti hanya memahami dalam arti tempat untuk koleksi benda seni saja. Tetapi kalau museum keris dimaknai dalam konteks diakronik maka museum keris harus dijadikan sebagai tempat edukasi mengenai proses dan aturan tentang penciptaan sebuah karya yang nantinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi yang melihat dan merasakannya.
Secara jenius memahami museum keris berarti memahami keagungan karena di dalam bangunan itu terkandung sebuah estetika yang maha dasyat atas maha karya dunia atau biasa disebut sebagai masterpiece dari sebuah bangsa yang beradab. Hanya bangsa yang unggul yang dapat menciptakan maha karya agung dalam simbol kebendaan yang namanya keris. Bahwa keris berhak dikatakan karya agung karena punya legitimasi historis yang memukau.
Museum Keris terletak di Kompleks Sriwedari. Museum ini dibangun di bekas bangunan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan. Museum yang dibangun sejak tahun 2013 itu sejatinya sudah rampung sejak akhir 2016. Museum berlantai lima ini bakal menyimpan ratusan keris dan juga senjata zaman dulu, seperti tombak, badek, dan masih banyak lagi.
Belajar estetika keris tidak berarti memuja keris apalagi mengagung-agungkan keris sebagai ajian daya linuwih. Karena daya linuwihnya itu justru berada pada estetikanya bukan pada benda seninya. Sentuhan keindahan dalam keris ada pada rasa sebagaimana benda compact disc yang ketika ketemu playernya akhirnya bisa mengeluarkan suara dan gambar yang dapat kita rasakan. Maka belajar estetika keris harus ada unsur rasa sehingga kalau berkunjung ke museum keris seseorang harus menggunakan rasa.
Ketika rasa itu sebagai sebuah pendekatan atau metode di dalam memperlajari keindahan keris, maka betapa dustanya bangsa di Nusantara apabila sampai menyia-nyiakan warisan agung dari leluhur yang penuh makna itu. Jadi tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa setiap orang harus merasa memuliakan museum keris sebagai kampus untuk belajar estetika
0 Response to "Belajar Estetika dari Museum Keris"
Post a Comment