Ciri Khas Keris Pusaka Tangguh Madiun
Membabar Keris Tangguh Madiun - Banyak orang mencibir seputar keris Madiun. Selain bentuknya yang dianggap agak aneh dari pakem yang dianggap agak aneh dari pakem pada umumnya, juga tak banyak ditemukan keris tangguh Madiun yang mewah dan indah bentuknya. Kalau toh ada yang berkinatah emas, biasanya detil ukurannya agak kurang rapih dan batas tepi emas terlihat tak beraturan.
Secara umum, keris tangguh Madiun selama ini dikenal dengan bentuk yang sangat sederhana dan cenderung wagu (kurang laras). Terkadang bahkan tak sesuai dengan pakem keris pada umumnya. Namun juga tak dipungkiri, bahwa dalam kesederhanaannya, sebagian besar keris-keris Madiun memiliki perbawa tersendiri, atau dalam bahasa orang perkerisan, keris-keris tangguh Madiun itu terkesan nggegirisi-menyeramkan. Meskipun bentuknya terasa nyeleneh, tapi enak dipandang. Nyeleneh artinya berbeda dengan kebiasaan atau pekem keris pada umumnya. "Saya justru senang banget dengan bentuknya. Sangat artistik dan anggun. Agak aneh, tapi enak dilihat, "ujar seorang kolektor fanatik keris-keris gaya Madiunan, yang enggan disebutkan namanya.
Bentuknya terkesan agak ganjil, karena ciri khas yang ada pada keris Madiun hampir tak ditemukan pada mazhab keris pada umumnya. Sogokan dan blumbungan, misalnya selalu tak pernah imbang antara kanan dan kirinya. Pada gonjo-nya juga ada sedikit keunikan. Perut gonjo tampak tipis, sedangkan sirah cecaknya berbentuk lancip. Tikel alis cenderung mencuat ke atas dengan lengkung yang tajam. Lambe gajah bisa bersusun undhak-undhakan (seperti susunan tangga). Behkan terkadang dijumpai juga pada sirah cecak ada lambe gajah-nya.
Pamor yang ada pada keris-keris Madiun biasanya juga tak terlalu beragam. Yang banyak ditemui di tangan para kolektor lokal (mantan-mantan lurah atau sesepuh desa di Kabupaten Madiun) adalah keris-keris dengan pamor Wos Wutah, Uler lulut dan Buntel Mayit. Keris-keris Madiun agak jarang menggunakan ada-ada - bagian tengah bilah yang lebih menonjol.
Dhapur yang banyak dijumpai adalah Jangkung dan Mahesa, seperti Kebo Lajer, Kebo teki, atau Kebo Salurung. Panjang bilahnya sebenarnya relatif sama dibandingkan dengan keris-keris pada umumnya. "Keris-keris Madiun itu panjangnya sebenarnya sama dengan panjang keris pada umumnya, tapi kesannya memang lebih pendek," kata Teguh Iman Santoso, praktisi keris dari pemerati Tosan Aji Yogyakarta (Mertikarta). Ukuran bilahnya seukurang 4,5 kali panjang gonjo. Kalau panjang gonjo sekitar 8 hingga 9 sentimeter, maka panjang bilahnya sekitar 35 sentimeter. Sedangkan panjang pesi sekitar 7 sentimeter.
Ditambahkan Teguh Iman Santosa, bahwa penilaian kualitas untuk besi keris Madiun tak bisa di-gebyah uyah-disamaratakan. Tak semuanya jelek atau tak semuanya bagus. "Semua tergantung dari zamannya. Bila pada zaman majapahit banyak ditemui keris-keris tangguh Majapahit dengan bahan besi yang padat dan berserat rapat, maka keris-keris Madium juga menggunakan bahan yang mirip atau serupa," Katanya.
Hal senada juga disampaikan Benny Hatmantoro, praktisi keris Pasupati, Solo, bahwa melihat besi keris-keris Madiun harus dilihat sesuai dengan zaman kerajaan yang sedang berkuasa saat itu. Kalau zaman Majapahit, maka besi-besi keris Madiun juga akan mirip dengan keris-keris pada zaman itu. Jenis besi keris Madiun akan memiliki kemiripan dengan besi keris Mataram-kalau dibuat pada zaman Mataram dan seterusnya. Keserupaan ini kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan bahan besi yang ada pada masa tersebut dan unsur distribusi dalam wilayah-wilayah kerajaan yang sedang berkuasa. "Maka untuk menangguh suatu keris Madiun, kecocokan dengan besi keris sezaman bisa dijadikan parameter penilain. Kalau mirip dengan besi Majapahit, maka keris Madiun yang dinilai berarti dibuat pada era yang sezaman katanya.
Benarkah semua keris Madiun berbentuk wagu dan lugu? tentu saja, hal ini dibantah mentah-mentah oleh para praktisi keris dari Madiun. Empu Hary dari Paguyuban Pametri Budaya Jawa (PPBJ) Tundhung Madiun, misalnya, mengganggap bahwa pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Ada juga keris-keris Madiun yang bentuk dan garapnya bagus. Hal ini terutama pada awal abad 19-an, banyak keris-keris Madiun yang bermutu baik-yang dibuat oleh para empu dari Desa Sewulan, Dagangan, Madiun Selatan. Dari daerah ini, konon pada tahun 1500-an pernah bermukim Empu Darmo-yang makamnya juga terletak di desa tersebut.
Berdasarkan cerita tutur rakyat, Desa Sewulan merupakan tanah perdikan yang dihadiahkan seorang raja pada akhir Kerajaan Majapahit. Sewulan berasal dari kata Sewu dan Wuwul, Sewu adalah seribu, sedangkan Wuwul sama dengan ukuran tanah yang diperkirakan seluas satu hektar. Jadi kemungkinan Sewulan semula wilayah yang seluas kurang lebih seribu hektar yang dijadikan tanah perdikan-bebas dari pajak atau glondhong pengareng-areng. Konon, pada zaman Demak, ditanah perdikan ini tinggal seorang Empu keris dari kerajaan Islam pertama Jawa itu yang bernama Empu Suro-yang nantinya menurunkan generasi pembuat keris. Empu Suro ini diyakini oleh masyarakat perkerisan sebagai Ki Umyang dari Demak. Pada zaman Mataram Kartasura, Sewulan merupakan salah satu desa di Madiun yang membuat keris untuk kepentingan keraton tersebut-sekitar pemerintahan Susuhunan Amangkurat II, Susuhunan Amangkurat III, Sunan PB I dan Sunan PB II.
Para Empu Sewulan juga mengalami masa keemasan pada masa Madiun dipimpin oleh Bupati Madiun, Raden Haryo Tumenggung Kusnodiningrat tahun 1900-1929. Karena pada masa itu, semua Lurah di seluruh Kabupaten Madiun mendapat hadiah berupa keris buatan para Empu dari Sewulan. "Sayangnya pada tahun 1970-an, para keturunan Empu yang tinggal di Sewulan hanya membuat alat-alat pertanian. Mereka menjadi pande besi saja, "tutur Mas Gus, Empu terakhir yang dikenal dari Sewulan adalah Muhammad Slamet yang meninggal pada awal tahun 2000.
Salah Kaprah Sebutan Tangguh Mageti
Sebenarnya, sejumlah keris tangguh Madiun lama, banyak yang menyerupai bentuk-bentuk tangguh Mataram atau lebih tepatnya mirip dengan tangguh Mataram Kartasura. Ini bisa jadi berkaitan erat dengan hubungan masa silam Keraton Mataram Kartasura dengan para Empu keris dari Sewulan, Madiun. Jadi bisa dikatakan, tak sedikit keris-keris Madiun yang mempunyai bentuk dan garap yang istimewa.
Sebenarnya ada juga daerah para Empu di Madiun selain dari Sewulan. Tepatnya di daerah Kota Magetan sekaran. Keris-keris yang dibuat dari tangguh Mageti atau dhapur Mageti. Bahkan ada juga yang menyebut sebagai tangguh Tuban Mageti. Hal ini mungkin karena proporsi bilah kerisnya mirip dengan keris-keris tangguh Tuban.
Keris-keris tangguh ini rata-rata memiliki besi yang lumer, karena tempaan yang matang, memiliki kekerasan yang bagus dan urat besi yang rapat. Bentuknya juga lebih condong ke gaya Mataram. Garapnya rata-rata cukup baik. Gonjo dan wilah keris yang melekat erat seperti iras, tikel alis yang melengkung ke atas dan sejumlah keunikan lain keris Madiun. Hanya saja banyak praktisi keris yang sebenarnya salah kaprah menyebut keris tangguh Mageti. Karena Mageti ini sebenarnya nama seorang pemimpin yang tak ada hubungannya dengan sejarah keris.
Adalah Ki Gede Mageti, seorang tokoh yang diduga berasal dari Surakarta, pada awal abad 19, membabat hutan di wewengkon Kadipaten Madiun, yang nantinya menjadi cikal bakal kota Magetan. Tokoh inilah yang pertama kali membuka daerah dan menjadi penguasa pertama di desa yang kemudian bernama Magetan itu. Di daerah baru bernama Magetan yang semula masih kecil tersebut-yang waktu itu masih di bawah kekuasaan Kabupaten Madiun-ada seorang Empu keris kondhang yang bernama Ki Guno Sasmito.
Keris-keris karya Empu Guno sangat menonjol dalam garapnya dan menggunakan besi yang baik mutunya. Empu ini banyak membuat keris untuk Pangeran Diponogoro dan para panglimanya. Bahkan keris pusaka Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang senapati perang dalam keprajuritan Diponogoro yaitu keris Kanjeng Kiai Balewiso adalah bautan Empu Guno ini.
Keris karya Empu Guno juga memiliki ciri khas lain, ya itu kerapatan bilah keris dengan gonjo yang sangat rapat dan ujung pesi yang berbentuk sirah gendelo-kepala capung. Masyarakat perkerisan menyebut ciri ujung pesi ini dengan kembang cengkeh atau ujung tiang bendera. "Saya fanatik sekali dengn karya-karya Mbah Guno. Besinya padat dan garapnya luar biasa, "ujar Mamo, seorang penggemar keris dari Madiun.
Keris-keris karya Empu Guno dan keturunannya inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai tangguh Mageti. "Padahal itu nggak ada hubungannya. Salah itu. Mageti itu nama tokoh pembuka hutan dan perintis Magetan, "ujar Empu Pakurodji, keturunan langsung Empu Guno.
Oleh : RS DANUMURTI (Majalah Keris)
0 Response to "Ciri Khas Keris Pusaka Tangguh Madiun"
Post a Comment